Di
bawah hamparan cahaya yang remang-remang, aku termenung di antara benda-benda
yang tak hidup. Menemani dalam sepiku saat tak ada lagi yang aku banyangkan.
Semilir anging yang menepis tak ku hiraukan dikala yang menerjang kunjung
datang menyapa tanpa permisi.
Tak
ada yang tahu jika aku membayangkannya. Sedikit demi sedikitpun yang tak
bernyawa tak akan mengetahui apa yang terjadi padaku. Aku kini dalam heningan
malam. Menjajaki setiap sudut malam yang menjelma dalam rayuan buana.
Aku
berfikir bagaimana bisa membayangkannya? Di saat yang bernyawa tak menghirau
apa yang ku rasa, tersudut pilu dalam jelmaan bayang semu yang membahana. Tak
menelaah apa yang terbentur dalam perpaduan sum-sum kepala, membuat
susunan-susunan saraf untuk dapat berfikir dengan jernih. Apakah aku harus
membuat BLACK HOLE? Agar kau
terhanyut ke dalamnya !!
Ku
rasa tak perlu !! Seberapa dalam BLACK
HOLE itu tergali kau tak akan jauh terjerumus ke sana. Bisa saja kau hanya
terselip di lubang itu ataukah kau hanya pura-pura terjerumus ke dalamnya?
Bahkan apakah kau akan acuh terhadap BLACK
HOLE itu? Entahlah !! Sum-sum
kepalaku saja sudah hampir tumpah dimakan oleh rayap malah digerumuti
lalat-lalat yang bertebaran mencari sisa-sisa kehidupan.
Ke
sana kemari, membidik something untuk meniadakan BLACK HOLE itu ternyata tak kunjung berujung. Di ujung kakipun tak
ada yang harus ku terawang, di ujung kepala pula tak kunjung bergelung. Mungkin
ada di suatu lorong waktu, di mana akan ada peniadaan untuk SANG BLACK HOLE menghempaskan
batuan-batuan yang berseluncur.
Melumpuhkan
yang tak pasti, untuk tak beradu argumen mana yang harus aku ambil. Angin timur
ataukah angin barat? Yang jelas mereka kembar. Tak bisa membedakan mana yang
berdalih besar dan berdalih kecil.
Meninjau
mereka dalam lapisan tebal berwatak “Bagaikan bumi dan langit.” Lapisan
yang akan diketahui khalayak umum. Indahkah? atau Burukkah?. Menjadi garis
lintang yang membujur, yang tak dapat mempertemukan dengan garis khatulistiwa ,
membentang dari ujung bertemu di persimpangan yang sama.
Beralih-alih
dalam suasana yang mencekam malam, ribuan juta bintang gentar menampakan
dirinya dalam gulita, mencekam tak seperti biasanya. Percikan cahaya terang
berselimut di dalam tubuh sang awan. Berbajukan lintingan-lintingan tipis yang
mengepul tanpa pamrih.
Tak
ada pelangi di malam hari yang mau untuk menari-nari menyambut datangnya
matahari yang pucat pasih. BLACK HOLE pun
enggan menyemburkan granitnya untuk berpatri di sudut bumi bagian utara dan
selatan. Hanya saja selalu berapi dan berapi untuk tetap menunjukkan bahwa
dirinya dalam kobaran itu yang terhenyak setiap detiknya.
0 komentar:
Posting Komentar