Minggu, 08 November 2015

Cerita Malam



     Di bawah hamparan cahaya yang remang-remang, aku termenung di antara benda-benda yang tak hidup. Menemani dalam sepiku saat tak ada lagi yang aku banyangkan. Semilir anging yang menepis tak ku hiraukan dikala yang menerjang kunjung datang menyapa tanpa permisi.

     Tak ada yang tahu jika aku membayangkannya. Sedikit demi sedikitpun yang tak bernyawa tak akan mengetahui apa yang terjadi padaku. Aku kini dalam heningan malam. Menjajaki setiap sudut malam yang menjelma dalam rayuan buana.
     Aku berfikir bagaimana bisa membayangkannya? Di saat yang bernyawa tak menghirau apa yang ku rasa, tersudut pilu dalam jelmaan bayang semu yang membahana. Tak menelaah apa yang terbentur dalam perpaduan sum-sum kepala, membuat susunan-susunan saraf untuk dapat berfikir dengan jernih. Apakah aku harus membuat BLACK HOLE? Agar kau terhanyut ke dalamnya !!
     Ku rasa tak perlu !! Seberapa dalam BLACK HOLE itu tergali kau tak akan jauh terjerumus ke sana. Bisa saja kau hanya terselip di lubang itu ataukah kau hanya pura-pura terjerumus ke dalamnya? Bahkan apakah kau akan acuh terhadap BLACK HOLE  itu? Entahlah !! Sum-sum kepalaku saja sudah hampir tumpah dimakan oleh rayap malah digerumuti lalat-lalat yang bertebaran mencari sisa-sisa kehidupan.
     Ke sana kemari, membidik something untuk meniadakan BLACK HOLE itu ternyata tak kunjung berujung. Di ujung kakipun tak ada yang harus ku terawang, di ujung kepala pula tak kunjung bergelung. Mungkin ada di suatu lorong waktu, di mana akan ada peniadaan untuk SANG BLACK HOLE menghempaskan batuan-batuan yang berseluncur.
     Melumpuhkan yang tak pasti, untuk tak beradu argumen mana yang harus aku ambil. Angin timur ataukah angin barat? Yang jelas mereka kembar. Tak bisa membedakan mana yang berdalih besar dan berdalih kecil.
     Meninjau mereka dalam lapisan tebal berwatak “Bagaikan bumi dan langit.” Lapisan yang akan diketahui khalayak umum. Indahkah? atau Burukkah?. Menjadi garis lintang yang membujur, yang tak dapat mempertemukan dengan garis khatulistiwa , membentang dari ujung bertemu di persimpangan yang sama.
     Beralih-alih dalam suasana yang mencekam malam, ribuan juta bintang gentar menampakan dirinya dalam gulita, mencekam tak seperti biasanya. Percikan cahaya terang berselimut di dalam tubuh sang awan. Berbajukan lintingan-lintingan tipis yang mengepul tanpa pamrih.
     Tak ada pelangi di malam hari yang mau untuk menari-nari menyambut datangnya matahari yang pucat pasih. BLACK HOLE pun enggan menyemburkan granitnya untuk berpatri di sudut bumi bagian utara dan selatan. Hanya saja selalu berapi dan berapi untuk tetap menunjukkan bahwa dirinya dalam kobaran itu yang terhenyak setiap detiknya.

0 komentar:

Posting Komentar