Kamis, 18 Mei 2017

Contoh Makalah Manusia dan Pandangan Hidup

Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Untuk itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri.
Selain itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah berasal dari pendidikan.
Oleh karena itu pendidikan merupakan awal sebuah jalan menuju masa depan yang lebih baik dengan wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki, mampu membuat manusia berfikir dan melakukan sesuatu hal yang bermakna dan berharga untuk kelangsungan hidupnya kelak.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian manusia dan pandangan hidup?
2. Apa pengertian dan makna cita-cita?
3. Bagaimana makna dan sumber-sumber kebajikan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan pandangan hidup?
1.3  TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan pandangan hidup?
2. Untum mengetahui pengertian dan makna cita-cita?
3. Untuk memahami makna dan sumber-sumber kebajikan?
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup?
5. Bagaimana hubungan manusia dengan pandangan hidup?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
2.1.1        Pengertian Manusia dan Pandangan Hidup
a.      Manusia        
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara umum manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.
Seorang Antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen tersebut dapat terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tersebut berada.
b.      Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980). Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).
Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup itu mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup ini mencerminkan cita-cita atau aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan suatu itu pandangan hdiup, sebab dapat pula hanya suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif. Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan,” tetapi “kesadaran yang tak dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan kondisi.
2.1.2        Sumber Pandangan Hidup
Ada bermacam-macam sumber pandangan hidup. Ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
·         Pandangan hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim). Kebenarannya mutlak. Contoh, pandangan muslim bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan demikian maka, pandangan hidup muslim adalah kesetiaannya kepada Islam tentang berbagai masalah asasi hidup manusia, yang merupakan jawaban muslim yang berorientasi terhadap Islam mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia yang tersimpul dalam Al-Qur’an dan Hadits.
·         Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila dapat merupakan sumber pandangan hidup, sebagimana halnya P4.
·         Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran kepercayaan.
2.1.3        Faktor Pandangan Hidup Berdasarkan Asal dan Rasa Bersyukurnya
·         Pandangan Hidup Berdasarkan Asal
a.    Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya.
b.    Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
c.    Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
·         Pandangan Hidup Berdasarkan Rasa Syukurnya
Biasanya orang akan selalu ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang dirundung kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
a.       Kurangnya penghayatan pandangan hdiup yang diyakini,
b.      Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya,
c.       Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya,
d.      Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya, dan
e.       Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo, 1986).
2.2 CITA-CITA
2.2.1 Pengertian Cita-Cita
Cita-Cita adalah keinginan yang ada dalam hati seseorang. Cita-cita itu mungkin tercapai atau mungkin tidak. Dalam hal cita-cita ini Allah bertanya dalam firman-Nya:“Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?” (QS An-Najm : 24).
Dalam ungkapan manusia punya cita-cita, tetapi Allah yang menentukan. Agar cita-cita tersebut dikabulkan oleh Allah, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi yaitu berbakti dan berdoa kepada Allah serta berjuang keras.
Untuk itu semua diperlukan perjuangan, kerja keras, disiplin belajar tekun, ulet, sabar, penuh dedikasi dan manusiawi serta bertakwa kepada Allah. Sebab kegiatan apapun yang kita lakukan, ketentuan di tangan Allah. Namun demikian Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum apabila kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.
Tetapi bila cita-cita belum tercapai akibat belum terpenuhi persyaratannya maka cita-cita tersebut baru disebut harapan. Namun demikian, cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur pandangan hidup, karena masih member kemungkinan ada keberhasilan dan ini mendorong manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan yang dialami.
2.2.2 Makna dan Faktor Cita-Cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Persyaratan dan kemampuan tidak atau belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari tiga faktor ;
a.       Faktor Manusia 
Manusia yang mau mencapai cta-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang akan dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan.
Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh suatu perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
b.      Faktor Kondisi
Kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
c.       Faktor Tingginya Cita-cita 
Tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara ada anjuran, agar seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya.
Pepatah mengatakan "bayang-bayang setinggi badan" artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilalui.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
2.3 KEBAJIKAN
2.3.1 Makna Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;
Manusia sebagai makhluk pribadi
Manusia sebagai anggota masyarakat
Manusia sebagai makhluk Tuhan
Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku.
Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk berbuat sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.
Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/ masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan menghilangkan perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Baik buruk, kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
Kebajikan nyata dapat dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda. 
2.3.2 Sumber Kebajikan
Kebajikan berasal dari dua sumber, yaitu manusia sebagai khalifah Allah di bumi ini, dan Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan manusia beserta alam semesta dan isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya. Tetapi bagi orang yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga. Manusia sekedar perantara saja.
Kebajikan itu dapat berupa tingkah laku atau perbuatan, benda-benda yang berwujud atau benda-benda yang tak berwujud.
Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yng dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dipintarkan dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal itu.” (HR Bukhari, Muslim dan Tabrani).
Firman Allah SWT:
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golonganmu semua dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.” (QS Mujadalah : 11)
Dalam menjelaskan kebajikan ilmu bahwa ilmu pengetahuan itu lebih utama daripada ibadah dan penyaksian, Rasulullah SAW bersabda:
“Keutamaan seorang alim diatas seorang ‘abid (orang yang beribadah) sebagaimana keutamaanku di atas serendah dari golongan sahabat-sahabatku.” (HR Tirmidzi).
Sehubungan dengan kebajikan dan keutamaan ilmu pengetahuan, salah-satu wasiat yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya ialah:
“Hai anakku, pergaulilah para alim ulama dan rapatilah mereka itu dengan kedua lututmu, sebab sesungguhnya Allah SWT menghidupkan hati dengan cahaya hikmat sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari langit.”
2.4 SIKAP HIDUP
            2.4.1 Faktor-faktor Penentu Tingkah Laku Manusia
a. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
b. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik maupun tidak baik.
c. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.
Pada dasarnya meskipun pandangan hidup manusia berbeda-beda namun kita di tuntut untuk dapat membawa kebaikan dalam berpandangan tentang hidup. Selalu berfikir positif adalah hal yang akan membawa kita ini hidup penuh dengan kebaikan dan akan membawa kita kepada pribadi yang tangguh, pribadi yang dapat menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan tempat kita tinggal
2.4.2 Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap orang mempunyai  sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan.
Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan  dari diri pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut.
Dalam kurun waktu setengah abad terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia, khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh seseorang.
Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu, sementara dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain, seperti dorongan, motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum.
Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi, sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pariode itu adalah:
a.       Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan.
b.      Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu).
c.       Tahap fungsional ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap antologis).
2.4.3 Sikap Positif dan Sikap Negatif Manusia
Dalam pergaulan sehari-hari kita dapat menemukan dua sikap/perilaku, yaitu perilaku positif dan perilaku negatif. Orang yang memiliki sikap negatif umumnya perilakunya tidak menyenangkan dan membuat orang lain merasa tidak kerasan bersamanya. Ia cenderung merugikan orang lain.
Sebaliknya orang yang memiliki sikap positif umumnya kehadirannya didambakan, menyenangkan, dan orang merasa kerasan bersamanya. Kehadirannya cenderung menguntungkan berbagai pihak. Sikap positif mendukung hidup bersamanya.
Sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sikap positif tercermin dalam :
a.             a. Disiplin, suka bekerja keras, ulet, serta jujur.
  1. Setia kawan, kekeluargaan, rela berkorban, selalu menyelesaikan tanggung -jawab dengan baik, penolong, berani membela kebenaran serta memiliki toleransi yang tinggi.
  2. Hemat, gemar menabung, dan hidup sederhana.
  3. Bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan selalu memohon pertolongan Tuhan setiap mengalami kesulitan.
Sedangkan sikap negatif ialah sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan bertentangan. Sikap ini tercermin dalam :
a.         a. Kemalasan, mudah tersinggung, merasa paling berkuasa, emosional, serta suka memaksakan kehendak.
  1. Ceroboh, tidak tertib, dan tidak disiplin.
  2. Rendah diri, cemburu, dan pemalu.
  3. Boros serta bergaya hidup mewah.
  4. Tidak bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.  
2.5 Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:
1. Orang yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
2. Juga karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang      melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.
3. Dan khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari anak-anak atau orang yang di bimbing.
Menurut Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu tergantung seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat diterima oleh siapa saja.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan. Banyak orang yang pandangan hidupnya didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup beragama.
Jadi pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya manusia tidak memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau sadar keturunan.
Dalam firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal manusia. Dia hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik dan ini yang buruk. Akhir keputusan terserah kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu hanyalah Islam”. Namun agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai sandaran hidupnya, diserahkan hidupnya kepada manusia itu sendiri.
Pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Pandangan hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita misalnya:
·         Ingin punya istri cantik, terpelajar tapi setia,
·         Ingin punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia
·         Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot
·         Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
Sedangkan pandangan hidup:
·         Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot
·         Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
·         Hidup bahagia, sejahtera
·         Hidup sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih
·         Hidup panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh cinta kasih.



BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Cita-cita merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan.
Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 SARAN
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
a. Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada anak sejak dini agar mereka kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak mulia.
b. Sebaiknya seorang manusia memegang teguh pandangan hidup yang dimilikinya agar dalam kehidupannya selalu melakukan kebajikan.
c. Alangkah lebih baiknya seorang manusia mempunyai suatu keinginan yang dinamakan cita-cita untuk dijadikan pencapain maksimal seseorang di dalam hidupnya
d. Senantiasa berusaha dan berjuang yang disertai dengan berdoa dalam mencapai cita-cita, sebab di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin.
e. Jangan lupa untuk selalu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia dan jauhkan bahkan hilangkan perbuatan tidak baik terhadap orang lain.



DAFTAR PUSTAKA




0 komentar:

Posting Komentar