Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan
manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang
membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia
lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus
berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik
yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut
kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Pandangan
terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi
manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan
seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Untuk itu, dalam
kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir
hidup mereka sendiri.
Selain
itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan
melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia
itulah proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari
masa kanak-kanak hingga dewasa. Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak
lepas juga dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan
sebagainya adalah berasal dari pendidikan.
Oleh
karena itu pendidikan merupakan awal sebuah jalan menuju masa depan yang lebih
baik dengan wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki, mampu
membuat manusia berfikir dan melakukan sesuatu hal yang bermakna dan berharga
untuk kelangsungan hidupnya kelak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian
manusia dan pandangan hidup?
2. Apa pengertian dan
makna cita-cita?
3. Bagaimana makna dan
sumber-sumber kebajikan?
4. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup?
5. Bagaimana hubungan
manusia dengan pandangan hidup?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui
pengertian manusia dan pandangan hidup?
2. Untum mengetahui
pengertian dan makna cita-cita?
3. Untuk memahami makna
dan sumber-sumber kebajikan?
4. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup?
5. Bagaimana hubungan manusia
dengan pandangan hidup?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
2.1.1
Pengertian
Manusia dan Pandangan Hidup
a.
Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara umum manusia adalah makhluk
sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia
senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.
Seorang Antropologi Indonesia yaitu
Koentjaraningrat menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus
menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Pandangan yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa di dalam masyarakat
terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi secara terus menerus sesuai
dengan sistem nilai dan sistem norma yang di anutnya. Interaksi antar komponen
tersebut dapat terjadi antara individu dengna individu, antara lain individu
dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Manusia adalah bagian
dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada seorang pun manusia yang tidak
memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan manusia adalah sebuah
pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir tertentu pada setiap
individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada situasi dan
kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tersebut
berada.
b.
Pandangan Hidup
Pandangan
hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang dipilih secara
selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat (Koentjaraningrat,
1980). Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan
kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).
Pandangan
hidup merupakan bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang pun yang hidup
tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup itu
mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup ini mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang dikatakan oleh
seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berpikir
tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan suatu itu pandangan hdiup, sebab
dapat pula hanya suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang
sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Manuel
Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup
bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif. Bahkan pandangan hidup
dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan,” tetapi
“kesadaran yang tak dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan
kondisi.
2.1.2
Sumber Pandangan Hidup
·
Pandangan hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup
muslim). Kebenarannya mutlak. Contoh, pandangan muslim bersumber dari Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan
demikian maka, pandangan hidup muslim adalah kesetiaannya kepada Islam tentang
berbagai masalah asasi hidup manusia, yang merupakan jawaban muslim yang
berorientasi terhadap Islam mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia
yang tersimpul dalam Al-Qur’an dan Hadits.
·
Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi
dari nilai-nilai budaya suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila
dapat merupakan sumber pandangan hidup, sebagimana halnya P4.
·
Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang
sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran
kepercayaan.
2.1.3
Faktor Pandangan Hidup Berdasarkan
Asal dan Rasa
Bersyukurnya
·
Pandangan Hidup
Berdasarkan Asal
a.
Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu
pandangan yang mutlak kebenarannya.
b. Pandangan hidup yang
berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada
negara tersebut.
c. Pandangan hidup hasil
renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
·
Pandangan Hidup Berdasarkan Rasa Syukurnya
Biasanya
orang akan selalu ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang dirundung
kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan,
mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa pengabdiannya
kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Kurangnya penghayatan pandangan
hdiup yang diyakini,
b. Kurangnya keyakinan pandangan
hidupnya,
c. Kurang memahami nilai dan
tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya,
d. Kurang mampu mengatasi keadaan
sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya, dan
e. Atau sengaja melupakannya demi
kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo, 1986).
2.2 CITA-CITA
2.2.1 Pengertian Cita-Cita
Cita-Cita
adalah keinginan yang ada dalam hati seseorang. Cita-cita itu mungkin tercapai
atau mungkin tidak. Dalam hal cita-cita ini Allah bertanya dalam firman-Nya:“Atau
apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?” (QS An-Najm : 24).
Dalam ungkapan manusia punya cita-cita, tetapi Allah yang
menentukan. Agar cita-cita tersebut dikabulkan oleh Allah, ada beberapa faktor
yang harus dipenuhi yaitu berbakti dan berdoa kepada Allah serta berjuang
keras.
Untuk itu semua diperlukan perjuangan, kerja keras, disiplin
belajar tekun, ulet, sabar, penuh dedikasi dan manusiawi serta bertakwa kepada
Allah. Sebab kegiatan apapun yang kita lakukan, ketentuan di tangan Allah.
Namun demikian Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum
apabila kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.
Tetapi bila cita-cita belum tercapai akibat belum terpenuhi
persyaratannya maka cita-cita tersebut baru disebut harapan. Namun demikian,
cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur pandangan hidup, karena
masih member kemungkinan ada keberhasilan dan ini mendorong manusia untuk tetap
berusaha mengatasi kegagalan yang dialami.
2.2.2 Makna dan Faktor Cita-Cita
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan
merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian
cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi,
cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi
tingkatannya.
Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu
disebut angan-angan. Persyaratan dan kemampuan tidak atau belum dipenuhi
sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan. Misalnya
seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin
berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu
baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan
realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak
waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung
dari tiga faktor ;
a. Faktor
Manusia
Manusia yang mau mencapai cta-cita
ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada yang tidak berkemauan, sehingga apa
yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa
anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang
akan dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri.
Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di
cita-citakan.
Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh
suatu perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
b. Faktor
Kondisi
Kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
c. Faktor
Tingginya Cita-cita
Tingginya cita-cita yang merupakan
faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang
menggantungkan cita-citanya setinggi bintang dilangit. Tetapi bagaimana faktor
manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya, demikian juga faktor
kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat merupakan pendorong atau
penghalang cita-cita. Sementara ada anjuran, agar seseorang menemukan
cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya.
Pepatah mengatakan
"bayang-bayang setinggi badan" artinya mencapai cita-cita sesuai
dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang
secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan
penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi
yang dilalui.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu,
masyarakat dan bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa
merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang
masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
2.3 KEBAJIKAN
2.3.1
Makna Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan
kebaikan pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya
manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas
jiwa dan badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan
pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri,
seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup
bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai
sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci,
saling merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat
berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga
fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari
tiga segi yaitu ;
∗
Manusia sebagai makhluk pribadi
∗
Manusia sebagai anggota masyarakat
∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan
Sebagai
makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa
yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah semacam
bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan
baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku.
Jadi sura
hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat
besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu
buruk, jahat, suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang
tak mendengarkan suara hatinya.
Suara hati
selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang
baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk berbuat sesuatu
sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti
baik. Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan
suara masyarakat.
Setiap
masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat
pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat
itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik,
maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya
juga menginginkan yang baik.
Sesuatu
yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi
dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/ masyarakat
tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya.
Dengan demikian seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat
umum.
Sebagai
makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan
selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan menghilangkan perbuatan yang
tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula
suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau
hukum agama.
Jadi
kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa
baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar
tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Baik
buruk, kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman.
Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan. Namun ada
pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan semu
ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud
mencari keuntungan diri sendiri.
Kebajikan
nyata dapat dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri
sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda.
2.3.2 Sumber Kebajikan
Kebajikan berasal dari dua sumber, yaitu manusia sebagai khalifah
Allah di bumi ini, dan Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan manusia beserta
alam semesta dan isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak
beriman kepada Tuhan mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal dari
karunia-Nya. Tetapi bagi orang yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia
adalah karena karunia-Nya juga. Manusia sekedar perantara saja.
Kebajikan itu dapat berupa tingkah laku atau perbuatan,
benda-benda yang berwujud atau benda-benda yang tak berwujud.
Sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yng dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dipintarkan
dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal itu.” (HR
Bukhari, Muslim dan Tabrani).
Firman Allah SWT:
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golonganmu semua
dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.”
(QS Mujadalah : 11)
Dalam menjelaskan kebajikan ilmu bahwa ilmu pengetahuan itu lebih
utama daripada ibadah dan penyaksian, Rasulullah SAW bersabda:
“Keutamaan seorang alim diatas seorang ‘abid (orang yang
beribadah) sebagaimana keutamaanku di atas serendah dari golongan
sahabat-sahabatku.” (HR Tirmidzi).
Sehubungan dengan kebajikan dan keutamaan ilmu pengetahuan,
salah-satu wasiat yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya ialah:
“Hai anakku, pergaulilah para alim ulama dan rapatilah mereka itu
dengan kedua lututmu, sebab sesungguhnya Allah SWT menghidupkan hati dengan
cahaya hikmat sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari
langit.”
2.4
SIKAP HIDUP
2.4.1 Faktor-faktor Penentu Tingkah Laku Manusia
a. Faktor pembawaan (heriditas) yang
telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
b. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam
lingkungan yang baik maupun tidak baik.
c. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia
mulai hidup dan hingga sampai dewasa.
Pada dasarnya meskipun pandangan hidup manusia berbeda-beda
namun kita di tuntut untuk dapat membawa kebaikan dalam berpandangan tentang
hidup. Selalu berfikir positif adalah hal yang akan membawa kita ini hidup
penuh dengan kebaikan dan akan membawa kita kepada pribadi yang tangguh,
pribadi yang dapat menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan tempat kita tinggal
2.4.2 Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup
ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau
persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap orang
mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya.
Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap
ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap
tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik
kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan
lingkungan.
Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia
menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap
etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah,
sikap tenang, dikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati dan
sikap bangga.
Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup,
sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu
harus di jauhkan dari diri pribadi, karena sangat merugikan baik
bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah
sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk
dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap
objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang
terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial
serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut.
Dalam kurun waktu setengah abad terakhir inipengkajian
terhadap sikap manusia, khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi
sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan atau kepribadian,
ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk yang mendasari
tingkah laku seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap sengan
keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh
seseorang.
Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara
langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku
yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi
ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu, sementara dalam
penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang sosial dan
reaksi yang bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu
kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan yang lain, seperti dorongan, motivasi, nilai-nilai
sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang menginisiasikan kecendrungan
kearah aktivitas umum.
Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan
dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara
umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi, sedangkan nilai-nilai adalah
sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan
mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi
kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok
yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pariode itu adalah:
a. Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya
terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa
alam raya atau kekuasaan kesuburan.
b. Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi
dalam kepungan, ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya
segala sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya
(ilmu-ilmu).
c. Tahap fungsional ialah sikap dan alam pikiran yang makin
nampak dalam diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh
lingkungan (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak
terhadap objek penyelidikannya (sikap antologis).
2.4.3 Sikap Positif dan Sikap
Negatif Manusia
Dalam
pergaulan sehari-hari kita dapat menemukan dua sikap/perilaku, yaitu perilaku
positif dan perilaku negatif. Orang yang memiliki sikap negatif umumnya
perilakunya tidak menyenangkan dan membuat orang lain merasa tidak kerasan
bersamanya. Ia cenderung merugikan orang lain.
Sebaliknya
orang yang memiliki sikap positif umumnya kehadirannya didambakan,
menyenangkan, dan orang merasa kerasan bersamanya. Kehadirannya cenderung
menguntungkan berbagai pihak. Sikap positif mendukung hidup bersamanya.
Sikap
positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sikap positif tercermin dalam :
a. a. Disiplin, suka bekerja keras, ulet, serta jujur.
- Setia kawan, kekeluargaan, rela
berkorban, selalu menyelesaikan tanggung -jawab dengan baik, penolong,
berani membela kebenaran serta memiliki toleransi yang tinggi.
- Hemat, gemar menabung, dan
hidup sederhana.
- Bertakwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa dan selalu memohon pertolongan Tuhan setiap mengalami kesulitan.
Sedangkan sikap negatif ialah sikap
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku
dalam masyarakat atau bahkan bertentangan. Sikap ini tercermin dalam :
a. a. Kemalasan, mudah tersinggung, merasa paling berkuasa,
emosional, serta suka memaksakan kehendak.
- Ceroboh, tidak tertib, dan
tidak disiplin.
- Rendah diri, cemburu, dan
pemalu.
- Boros serta bergaya hidup
mewah.
- Tidak bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2.5
Hubungan Manusia dan
Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri
tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki
keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut
adalah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih
kompleks.
Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat
dinyatakan dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:
1. Orang yang
sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
2. Juga karena ia
sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang melanggar
prinsip-prinsip yang dikatakan.
3. Dan khawatir
kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari anak-anak atau
orang yang di bimbing.
Menurut Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba
terhubung dengan dunia jasmani sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan
akhirnya manusia itu tergantung seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu
Tuhan.
Pandangan hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti
filsafat yaitu cinta akan kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai
kebenaran yang dapat diterima oleh siapa saja.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari
kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung
dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang
non fisik, seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan. Banyak orang yang pandangan hidupnya
didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya;
pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati kematiannya mulai berbuat
seperti orang-orang yang hidup beragama.
Jadi pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan
kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua
dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang
asasi bagi manusia. Sayangnya manusia tidak memahami dan menyadarinya, sehingga
banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau sadar keturunan.
Dalam firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia
menghargai akal manusia. Dia hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik
dan ini yang buruk. Akhir keputusan terserah kepada manusia, sebab manusia
mempunyai akal. Dan Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19
yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu hanyalah Islam”. Namun
agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai sandaran hidupnya, diserahkan
hidupnya kepada manusia itu sendiri.
Pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk
kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap
manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan
pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Pandangan hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita
misalnya:
·
Ingin punya
istri cantik, terpelajar tapi setia,
·
Ingin punya
suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia
·
Ingin jadi
insinyur, doktor, atau pilot
·
Ingit hidup
selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
Sedangkan pandangan hidup:
·
Ingin jadi
insinyur, doktor, atau pilot
·
Ingit hidup
selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
·
Hidup bahagia,
sejahtera
·
Hidup
sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih
·
Hidup panjang
umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh cinta kasih.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Pandangan
hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap orang memiliki
pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud pandangan
hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.
Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan
dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku
manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena
wujudnya dapat dilihat dan dirasakan.
Karena
tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah
laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari
pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus
memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam
memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 SARAN
Melalui
kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami sampaikan, saran tersebut
sebagai berikut:
a.
Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada anak sejak dini agar mereka
kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak mulia.
b.
Sebaiknya seorang manusia memegang teguh pandangan hidup yang dimilikinya agar
dalam kehidupannya selalu melakukan kebajikan.
c.
Alangkah lebih baiknya seorang manusia mempunyai suatu keinginan yang dinamakan
cita-cita untuk dijadikan pencapain maksimal seseorang di dalam hidupnya
d.
Senantiasa berusaha dan berjuang yang disertai dengan berdoa dalam mencapai
cita-cita, sebab di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin.
e.
Jangan lupa untuk selalu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia dan jauhkan
bahkan hilangkan perbuatan tidak baik terhadap orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar